Why do we need hugs?
Pernahkan kalian merasa bahwa hari kalian sedang buruk, lalu kalian memeluk atau dipeluk oleh seseorang, baik itu keluarga, sahabat, teman, atau pasangan; dan akhirnya kalian merasa bahwa perasaan kalian menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya? Atau pernahkah kalian merasa bahwa kalian menginginkan sekali memeluk atau dipeluk oleh seseorang?
Virginia Satir, terapis keluarga dari Amerika Serikat, memaparkan bahwa sebagai manusia, kita membutuhkan 4 pelukan dalam satu hari agar bertahan hidup, kita membutuhkan 8 pelukan untuk pemeliharaan diri, serta 12 pelukan untuk tumbuh. Memang tampaknya sangat banyak pelukan yang kita butuhkan namun lebih baik banyak pelukan daripada kekurangan (Cirino, 2018). Berdasarkan penjelasan tersebut, kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
Kita sebagai manusia membutuhkan sentuhan dari manusia lain, dalam hal ini adalah pelukan.
Lalu mengapa kita sebagai manusia membutuhkan pelukan?
Apabila ditinjau dari sisi neurosciences, beberapa penelitian membuktikan bahwa ketika orang berpelukan, mereka akan mengeluarkan hormon oxytocin, atau yang biasa dikenal dengan love hormone serta hormon anti-depresan, dalam jumlah yang besar. Hormon oxytocin juga dikenal dengan pair-bonding hormone, sehingga dapat dikatakan ketika seseorang memeluk orang lain maka hubungan keduanya akan semakin dalam, bahkan dalam level biokimia (Ocklenburg, 2018). Ocklenburg (2018) melanjutkan bahwa sebuah penelitian juga melanjutkan bahwa ketika seseorang lebih sering memeluk orang lain, pasangannya sebagai contoh, maka orang ini akan memiliki level oxytocin yang tinggi serta tekanan darah yang rendah.
Apabila ditinjau dari sisi kesehatan, beberapa penelitian terdahulu bahkan dengan yakin memaparkan bahwa pelukan dapat mengurangi kemungkinan seseorang terkena flu, hingga mendorong kesehatan jantung yang lebih baik (Ocklenburg, 2018). Penelitian yang diketuai oleh Cohen (2015) memaparkan bahwa 404 partisipan yang terinfeksi dengan virus flu diminta untuk melaporkan sudah berapa kali hari ini ia memeluk seseorang selama 14 hari. Partisipan yang melaporkan lebih banyak memeluk serta mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya, memiliki peluang 32% lebih rendah untuk terkena flu.
Penelitian ini menarik kesimpulan bahwa pelukan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menyampaikan dukungan sosial (Cohen, 2015).
Efek pelukan terhadap kesehatan fisik juga memiliki keterkaitan dengan kesehatan mental.
Cohen (2015) mencatat bahwa pelukan dapat melindungi seseorang yang merasa stres karena meningkatnya kemungkinan untuk terkena flu. Pelukan, menurut Cohen (2015), adalah sebuah tanda keintiman serta membantu membangun perasaan bahwa ada orang lain di luar sana yang siap membantu di kala kesulitan.
Penelitian terbaru dari Murphy et al., (2018) menemukan bahwa ketika seseorang menerima pelukan dalam satu hari, maka hari yang akan ia jalani akan jauh lebih baik daripada tidak menerima pelukan sama sekali. Dockrill (2018) dalam artikelnya memaparkan bahwa pelukan juga baik untuk kita dengan memberikan jeda apabila kita tengah mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang mendapat pelukan lalu di hari yang sama mengalami konflik, maka ia akan merasa jauh lebih baik daripada seseorang yang tidak mendapatkan pelukan di hari yang sama ia mengalami konflik (Dockrill, 2018).
Jadi, dalam rangka menyambut World Mental Health Day 2019.
Don’t forget to give your loved ones a hug!!