Yips di Manga Diamond no Ace

Andin
7 min readJul 16, 2019

--

Ketika Diamond no Ace membahas soal fenomena yang terjadi di dunia nyata.

Di penghujung akhir manga baseball Diamond no Ace yang pertama, pembaca disuguhkan sebuah arc baru yang memiliki kesan beda dengan arc-arc sebelumnya. Pada cerita arc ini, si tokoh utama Sawamura Eijun, yang biasanya selalu terlihat bersemangat dan ceria, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tidak bersemangat.

Hal ini terjadi beberapa waktu setelah tim baseball SMA Seidou melawan SMA Yakushi pada pertandingan sahabat. Yips. Itulah yang sedang dialami oleh tokoh utama manga ini.

Sebagai avid-reader, aku benar-benar invested sama karakter Eijun ini. Oleh karenanya, waktu dia mengalami yips… Aku sedih sesedihnya. Tetapi di saat yang bersamaan, aku juga penasaran sama dua macam pertanyaan:

Sawamura Eijun, sebelum yips dan ketika mengalami yips

Yips itu apa sih? Emang beneran ada?

Ternyata beneran ada dan ini adalah sebuah hal yang dialami oleh banyak atlet profesional serta non-profesional. Bahkan nggak hanya di baseball aja, di golf juga ada beberapa kasusnya.

Akhirnya aku memutuskan buat mempelajarinya lebih lanjut dan disini, aku mau sharing apa yang aku pelajari dari hal itu.

Apa itu Yips?

Kamus Merriam-Webster mendefinisikan yips sebagai sebuah fenomena yang mana seorang atlet mengalami nervousness yang membuatnya gagal untuk berperforma dengan baik di pertandingan.

Yips ini umum ditemukan pada pemain-pemain di major league dan paling sering dialami oleh para pemain golf serta atlet baseball. Namun, yips yang akan aku bahas di artikel ini akan lebih berfokus pada baseball, olahraga yang diceritakan di manga Diamond no Ace. Karena ya.. Eijun :’(

Di sebuah artikel yang ditulis oleh salah satu reporter MLB, Zack Meisel, yips dapat dikategorikan sebagai suatu hal yang terbilang tabu untuk dibicarakan sesama atlet baseball. Bahkan kata ‘yips’ sendiri itu disarankan untuk diganti dengan kata ‘Misplaced focus’ atas usul seorang psikolog.

Selain itu dinilai sebagai suatu hal yang tabu, ternyata kondisi yips inijuga tidak dibicarakan secara terbuka sesama atlet. Bahkan kalau kita lihat di beberapa panel di Diamond no Ace sendiri, Miyuki Kazuya menceritakan kalau Eijun punya yips di sebuah ruangan tertutup, yang mendengar hanya pelatih mereka saja.

Sawamura Eijun during Yips :’(

Ini sesuai juga dengan pendapat Zack Meisel, ketika seseorang mengalami yips, tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemain lain di sekitarnya selain merasa kasihan dengan seseorang yang menderita yips ini.

Yips inipun sebenarnya masih tergolong cukup aneh. Sebagai lulusan psikologi, aku punya hobi baca-baca buku DSM-V (Diagnostic Statistic Manual), sebuah holy grail buat gangguan-gangguan psikologis yang dicatat oleh APA (American Psychological Association) dan Yips itu tidak tercatat di buku itu.

Walaupun tidak tercatat, sudah jelas kalau Yips ini adalah suatu hal yang sangat mengganggu para atlet yang memilikinya.

Karena fenomena ini menjabarkan bahwa for unknown reasons, seorang atlet bertemu dengan suatu rintangan mental di dalam kepalanya yang membuat mereka tidak bisa melakukan hal yang normal biasa mereka lakukan.

Dalam baseball contohnya, ada kasus tentang seorang infielder yang mengalami yips dan kesulitan yang ia alami adalah untuk melempar bola ke arah first baseman. Hal ini unik karena seorang infielder seharusnya sudah sangat terbiasa melakukan hal tersebut, bahkan bisa kita sebut sebagai rutinitas. Kasus lain adalah seorang catcher yang suatu saat tidak bisa melempar bola kembali kepada pitcher. Lagi-lagi, hal ini unik, karena sudah pasti seorang catcher melempar bola kepada pitcher ratusan kalinya.

Nah, di kasus Diamond no Ace sendiri, Sawamura Eijun mengalami yips yang membuatnya tidak bisa melempar inside pitch, padahal pitch tersebut merupakan pitch unggulan dan terkuat yang dimiliki olehnya. Kalau kita telusuri, sebenarnya di manga ini, ada banyak hal yang sedang Eijun alami dan semuanya sudah pernah aku bongkar habis-habisan di artikel ini. Tapi tetap aja, masih inkonklusif.

Nah terus, sebenarnya bagaimana asal mula yips ini terjadi?

Sebenarnya ada berbagai macam perspektif yang bisa kita ambil, salah satunya dari artikel oleh Geoff Miller, seorang mental skill coach pada tulisannya di tahun 2014 silam.

Miller mengimplikasikan bahwa yips, kalau di artikelnya ia mengspesifikasikannya menjadi ‘throwing problem’, biasanya dimulai dari sebuah kesalahan kecil yang biasanya dilakukan oleh pemain di luar pertandingan atau off-season.

Miller mengambil contoh salah satu kliennya, seorang catcher yang mengkhawatirkan keselamatan penonton yang duduk di belakangnya karena tidak adanya pagar yang memisahkan lapangan dengan tribun penonton.

Karena si catcher merasa terlalu khawatir, ia mulai berpikir berlebihan atau overthink mengenai seluruh hal yang ia lakukan karena dapat melukai para penonton yang berada di belakangnya. Kekhawatiran ini akhirnya membuat si catcher kehilangan feel untuk bola yang biasanya ia kuasai, sehingga tiba-tiba, ia tidak bisa melempar bola dengan benar kepada pitcher.

Dalam kasus tersebut, Miller memaparkan bahwa sang catcher mengalami overthinking yang membuatnya terfiksasi akan kontrol bola yang akan ia lempar. Belum selesai sampai situ aja. Si catcher ini, yang tengah overthinking, kemudian malah melakukan overanalyzes pada genggaman bola pada tangannya, suatu hal yang sebenarnya jarang ia lakukan karena biasanya ia memiliki kontrol dan feel terhadap bola itu. Hal inilah yang pada akhirnya membuat semuanya menjadi lebih buruk.

Nggak bisa sembuh dengan kata-kata motivasi aja.

Uniknya, walaupun hal ini masih diteliti dan dicari sebab-akibatnya, semua pakar olahraga setuju bahwa yips nggak bisa sembuh karena kata-kata motivasi saja.

Pada situsnya, James Madden menuliskan bahwa “yips is not something that you can just talk yourself out”.

Seperti banyak gangguan dan masalah mengenai kesehatan mental umumnya, yips ini tidak bisa disembuhkan hanya dengan meyakini bahwa semua akan baik-baik saja, simply karena hal tersebut tidak bekerja secara demikian.

Begitupula dengan melakukan latihan sendiri secara berlebihan atau melempar bola secara terus menerus selama berjam-jam. Bahkan yang ada malah memperburuk yips dan bisa-bisa menimbulkan cedera secara fisik. Hal ini membuktikan bahwa yips adalah sebuah masalah yang melebihi sekedar “masalah konsentrasi” atau “masalah mental yang nggak kuat”. Bisa jadi, yips adalah sesuatu hal yang melebihi dari hal itu.

HUHUUHUHUHUHUH

Bagaimana cara pulih dari Yips?

Nah walaupun nggak bisa sembuh dari kata-kata aja, sebenarnya beberapa sports therapist dan sport psychologist sendiri sudah menyusun berbagai macam hal yang bisa dilakukan oleh atlet untuk menyembuhkan yips.

Ada cara dari Dr. Charlie Maher, seorang sports psychologist dari Indiana, misalnya. Beliau merekomendasikan untuk menyusun cara mereka agar mencegah pikiran mereka tidak kemana-mana atau floating, membiasakan pemain untuk melakukan relaksasi serta yang paling penting, menerima kenyataan. Hal-hal yang disarankan ini sebenarnya menyerupai bagaimana seseorang mengelola diri mereka ketika mengalami overthinking. Oleh Maher, para atlet ini ia letakkan sebagai outfielder atau bermain di simulasi game dimana sang pemain tidak merasa ditonton dan di-judge oleh orang-orang.

Nah kalau kata, Dr. Richard Crowley, ia justru berpendapat untuk menyuruh pemain berfokus kepada hal-hal yang mereka lakukan untuk menyembuhkan kondisi Yips ini. Menurut beliau, Yips ini terjadi karena kondisi mental serta emosional yang dialami oleh pemain, alih-alih kemampuan motorik.

Menurut beliau, informasi mengapa seorang atlet mengalami yips merupakan informasi yang tidak penting sehingga hanya membuang-buang waktu. Karena, hal yang terpenting adalah bagaimana mengatasi yips ini. Oleh karena itulah, Dr. Crowley menyarankan para atlet dengan kondisi Yips ini untuk mengontak bantuan profesional secepatnya agar bisa diberikan penanganan.

Nah, James Madden juga menyarankan sebuah cara untuk mengatasi Yips ini yang namanya MCP Load atau Mentally clearing Physical Load. Teknik yang awalnya dilakukan untuk mengalihkan pikiran overthinking sejenak, akan dikembangkan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh sebuah MCP Load adalah ketika seorang pitcher menepuk-tepuk glove sebelum ia melempar sehingga keseluruhan perhatian pitcher tersebut akan berada pada bola yang tengah ditepuk tersebut, sehingga menghilangkan pikiran-pikiran berlebihan lain dari kepala mereka.

Kalau di manga Diamond no Ace sendiri, mereka menggunakan seluruh kombinasi teknik yang disarankan oleh Charlie Maher, Richard Crowley, dan James Madden untuk menyembuhkan Yips yang dialami oleh Eijun ini.

Kalau kita tinjau bersama-sama, sebenarnya penyebab utama Eijun mengalami yips adalah hal-hal bertubi-tubi yang membuat pitcher SMA Seidou ini mengalami overthinking. Mulai dari ketakutan akan Furuya mendahuluinya, merasa tidak mampu menjawab ekspektasi pelatih dan kakak kelas serta seluruh anggota tim, hingga dead ball yang terjadi pada Turnamen SMA di Final yang mengenai kepala lawannya dan merupakan salah satu kontributor utama kenapa tim mereka kalah.

i used to be so masochist huh

Sebenarnya pun, tidak ada orang yang menyalahkannya, tetapi tetap aja Eijun merasa sangat bersalah, bahkan secara tidak sadar.

Hal inilah yang membuat Eijun menjadi takut melemparkan inside pitch, padahal pitch tersebut merupakan senjata andalannya.

Di Diamond no Ace sendiri, Sawamura Eijun melewati masa yips ini dengan berfokus kepada apa yang bisa dia lakukan dan kontrol, mirip dengan teori Trichotomy of Control. Inipun juga dia lakukan dengan bantuan dari berbagai pihak, salah satunya adalah dari catcher kelas 3 SMA merangkap sebagai Mentor Kehidupannya, Chris, yang mengajarkan Eijun untuk melemparkan outside pitch.

Jujur aku nangis pas panel ini HUHUHU CHRIS SENPAI

Disini, Chris mengalihkan perhatian Eijun dari kekecewaannya karena gagal untuk melempar inside pitch dengan memfokuskan seluruh perhatiannya pada melatih outside pitch. Dengan mengalihkan fokusnya dari kondisi Yips dan lebih memfokuskan diri pada penguasaan teknik melempar baru justru mempercepat Eijun untuk pulih dari kondisi Yips yang dia alami.

Sejujurnya habis membaca kembali mengenai Yips ini dan melakukan refleksi diri terhadap kekaguman kepada Terajima Yuuji-sensei, aku lagi-lagi harus memberikan tepuk tangan kepada Sensei yang benar-benar menuliskan Diamond no Ace berdasarkan realita yang terjadi, bahkan sampai sisi-sisi psikologisnya.

Semoga kalian juga belajar bahwa dari pembahasan mengenai Yips ini, kalian bisa juga mengapresiasi Terajima Yuuji dan kecintaannya terhadap dunia baseball, to the point, bahkan menggambarkan kondisi Yips ini serealitis mungkin. (Serta berdoa dengan amat sangat agar Sensei tidak menyiksa Eijun lagi, aku mohon, waktu Eijun yips aku nangis 3 hari berturut-turut).

Bagaimana pendapat kamu soal Yips di manga Diamond no Ace sendiri? Aku tunggu ya!

--

--

Andin
Andin

Written by Andin

Loves Psychology, Content Enthusiast, Self-Proclaimed Anime Analyst. I sometimes write. Instagram: @aandiin_

No responses yet